Selasa, 14 Oktober 2014

Pengalaman Di Sekitar



Nasi uduk merupakan salah satu makanan khas Jakarta, yaa nasi uduk banyak dikonsumsi oleh masyarakat mulai dari kalangan atas hingga kalangan bawah.
Ibu siti merupakan seorang penjual nasi uduk kecil-kecilan yang berada didaerah margonda tepatnya yaitu di jalan pinang 1A. Beliau berumus 42 tahun dengan dikaruniai seorang anak perempuan yang kini telah menikah. Berawal dari niat mencari nafkah dikota besar mulanya ibu siti belum menjadi penjual nasi uduk, namun beliau menjadi penjaga kosan disalah satu tempat didaerah depok. Menjadi penjaga kosan saja membuat ibu siti ingin melakukan kegiatan lain untuk menghindari kejenuhan yaiti dengan membuat pekerjaan sampingan. Pekerjaan sampingan yang dilakukan beliau yaitu berjualan nasi uduk setiap paginya. Hal tersebut dikarenakan ibu siti melihat peluang besar untuk berjualan nasi uduk di tempat kos-kosan. Ibu siti menekuni perkejaan sampingan tersebut sekitar 10 tahun hingga saat ini. Seharinya-harinya ibu siti mulai mempersiapkan dagangannya yaitu mulai dari pukul 03:30 pagi hingga pukul 6 pagi. Dalam mempersiapkan dagangannya ibu siti tidak sendiri namun dibantu oleh saudara ibu yang juga penjaga kosan yang sama. Setiap harinya ibu siti mulai berjualan dari pukul 06:00 pagi hingga dagangan tersebut habis. Waktu penghabisan dagangan tersebut tidak pasti kadang hingga pukul 10:00 namun terkadang hingga pukul 11:00. Penjualan nasi uduk ibu siti terkadang tidak sepenuhnya terjual habis, namun lebih sering terjual habis dibandingkan sisa. Hasil pendapatan penjualan nasi uduk setiap harinya cukup untuk menambah biaya kehidupan sehari-hari dan bahkan masih terdapat sisa dimasukkan kedalam tabungan. Keuntungan dari penjualan nasi uduk setiap harinya berkisar antara 100 hingga 200 ribu rupiah. Begitulah kehidupan sehari-sehari seorang penjual nasi uduk di salah daerah di depok.
Betapa sulitnya mencari uang dijakarta membuat setiap orang harus bekerja keras dalam mencari nafkah.

ENTERPRENEUR



1.             Pengertian Enterpreneur
Enterpreneurship telah berkembang sejak abad ke-11 sebelum masehi di Phoenica kuno namun entrepreneurship sebagai istilah bisnis baru mulai dikenal pada tahun 1980-an, alaupun istilah entrepreneurship telah muncul pada abad ke-18 ketika ekonom perancis Richard Cantillon mengaitkan entrepreneur dengan aktivitas menanggung resiko dalam perekonomian. Kata entrepreneur berasal dari bahasa prancis, entre  berarti ‘antara’ dan prendre  berarti  ‘mengambil’. Istilah ini menggambarkan orang-orang yang menciptakan usaha baru dengan mengahadapi ketidakpastian dan  risiko dengan maksud untuk mencapai keuntungan dan pertumbuhan usaha melalui pengidentifikasian peluang yang signifikan dan penggunaan sumber daya yang diperlukan (Wijatno,2009).
Pendidikan entrepreneurship dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu pandangan makro dan pandangan mikro. Pandangan makro menjabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi sukses gagalnya suatu perusahaan entrepreneurial. Sedangkan pandangan mikro mengevaluasi faktor-faktor spesifik pada entrepreneurship. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, perkembangan entrepreneurship dapat ditelusuri mulai dari pendekatan classical, neoclassical, sampai dengan Austrian market process (AMP). Entrepreneurship memiliki dampak positif bagi suatu perekonomian dan masyarakat terutama terhadap kekuatan dan stabilitas ekonomi. Salah dampak terpenting dari entrepreneurship penyediaan lapangan kerja. Entrepreneurship telah terbukti mampu mengatasi tingkat pengangguran melalui penciptaan lapangan pekerjaan oleh entrepreneur. Selain itu, entrepreneurship juga dikenal sebagai insiator perubahan dalam struktur bisnis dan masyarakat. Entrepreneurship juga berperan dalam menjembatani kesenjangan antara pengetahuan dan pasar, menciptakan bisnis baru, dan membawa produk baru kepasar (wijatno,2009).

2.             Sosial Enterprenuer
Social enterprenuer telah dikenal ratusan tahun yang lalu  dan berkembang sejak tahun 1980-an yang diawali oleh para tokoh-tokoh seperti Rosabeth Moss Kanter, Bill Drayton, Charles Leadbeater dan Profesor Daniel Bell dari Universitas Harvard yang sukses dalam social enterprenuer karena sejak tahun 1980 berhasil membentuk 60 organisasi yang tersebar diseluruh dunia. Social enterprenuer mencoba melayani pasar yang belum digarap, menghilangkan kesenjangan dalam kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, demografis dan peluang bekerja (Elkington, 2008).