Puisi adalah tempat dimana kita mencurahkan tentang
sebuah perasaan, perasaan rasa sayang, rasa sakit dan rasa cinta kita terhadap
seseorang.
Penantian
cinta
Bunga hati tak terpatri
Tak ada lagi yang kusesali
Bumi bisu tak berarti tak tau
Kelam terasa dalam...
Telah mengukir kenangan indah masa lalu
Melepas hati nan terasa pilu
Seakan sepi menanti yang ku rindu
Kala hati ini tak berarti
Senantiasa ku mencari
Menunggu yang selalu di nanti
Namun... segalanya tiada pasti
Merenungku dalam keheningan...
Ditengah kesendirian...
Terus... terhanyut dalam penantian
Ingin ku lepas semua dalam kasih sayang
Namun segala cinta yang di harapkan tak kunjung
datang
(Cerpen)
Ketika
Hidup Menjadi Berarti
|
Namaku
adalah hikari. Baru lulus SMA. Aku mempunyai masa lalu yang buruk. Aku di tinggal
oleh orang yang kusayangi.
Pagi
itu aku menghembuskan nafas. Beberapa detik tertahan, hanya untuk mengingat
kata-kata yang pernah terlontar dari mulut Maru. Setahun berlalu sejak
kematiannya, aku belum bisa memenuhi janjiku untuk tidak menagis lagi. Sosok
Maru yang kini telah hilang, membuatku jatuh terperosok jauh ke dalam.
Mungkin
mereka yang lain takkan pernah mengerti diriku. Sesaat mereka melupakan
semuanya. Melupakan kematian Maru. Melupakan segala-galanya. Aku tidak pernah
mengira saat itu adalah senyum terakhirnya. Aku sangat menyanyangi Maru.
Sekeliling
begitu sepi. Aku sendirian. Aku begitu terpuruk. Hanya ada burung-burung yang
berkicau. Aku duduk disebuah kursi yang di teduhi pohon sakura. Tempat ini
meningatkan ku dengan Maru. Alunan angin menjatuhkan daun-daun bunga sakura.
Seperti daun itu, jatuh. Aku menangis mengingat semuanya.
“kau
kenapa? Kau selalu saja seperti itu. Menangis sendirian.”
Seseorang
menghampiriku. Aku berangkat dan berjalan menjauh. Entah siapa dia. Tipa kali
datang dan melihatku menangis. Kata-katanya selalu tidak sopan. Aku pulang
kerumah dan langsung masuk kamar. Sesekali keluar hanya untuk kekamar mandi dan
makan. Itulah kebiasaank sehari-hari. Aku tidk begitu memperdulikan ibuku yang
begitu khawatir kepadaku. Tenanglah ibu!
Besok,
aku ketempat itu lagi. Maru, apa kabarmu? Aku tidak ingin berpisah dari tempat
ini. Tiba-tiba terdengar bunyi langkah kaki. Aku menoleh dan berrteriak sedikit
kesal.
“kau!
Kenapa selalu mengikutiku? Tidak sopan.”
Dia
tersenyum. Tenang sekali. Aku sedikit heran.
“Aku
tanya, kenapa selalu mengikutiku?”
“Ku
lihat kau selalu sedih. Aku ingin menghiburmu.”
“Tidak
ada hubungannya denganmu.”
“Kenapa?
Tapi lebih baik lupakanlah orang itu.”
Aku
terkaget-kaget. Dia tau darimana?
“Seharusnya
kau bisa mengerti. Dia tidak akan bisa hidup lagi. Percuma kau tangisi, Cuma
membuang air matamu yang bening itu saja.”
Aku berlari sambil menangis. Entah apa
maksudnya dia bicara seperti itu. Aku sakit sekali. Hatiku perih. Laki-laki itu
menatap Hikari dengan senyum yang tulus. Beberapa saat kemudian keduanya pun
menghilang. Selanjutnya, esok hari aku kembali lagi ketempat itu. Hanya untuk
mencoba bertemu lagi dengan laki-laki kemarin. Tapi, setelah lama menunggu,
laki-laki itu belum muncul juga. Yang ada hanya gugurnya daun sakura yang
tertiup angin. Sejuk sekali!
Akhirnya
aku pulang. Tapi aku kurang berhati-hati. Ada sebuah mobil melaju dengan
kencang menuju aku. Disaat bersamaan muncul laki-laki kemarin. Dia berteriak.
“Aaaaaaa.
.!”(telat)
Belum
selesai dia berteriak awas, aku sudah tertabrak dulu. Tetapi untunglah mobil
itu sempat mengerem. Mataku mulai berkunang-kunang dan aku merasa ada yang
mengangkat dan membawa ku oergi dari tempat itu. Aku pingsan, tanpa mengetahui
siapa orang itu.
Setengah
jam kemudian aku terbangun dan aku sudah ada dirumahku sendiri.
“Ini
minum. Kau tidak apa-apa?,” seseorang menyodorkan minuman.
“Kau?
Kenapa kau bisa ada disini? Hmmb. . jangan-jangan. .-“
Belum
selesai aku bicara, dia memotong.
“Ya..ya..
aku yang membawamu pulang. terkejut ya?”
“Tidak.
aku tidak terkejut.”
“Lalu
apa?”
“Cuma
takut. wajahmu seram. hehe..”
“Bohong.
bilang saja kalau kau terkejut.”
Aku
mengangguk pelan. Hmmb.. aku belum tahu namanya. Aku pun bertanya.
“Namamu siapa?
“Aku shano. Kau
hikari kan?”
“Darimana kau
tahu namaku?”
“Aku sering
memperhatikanmu.”
Shano tersenyum.
Tersenyum tulus. Tapi aku tidak begitu memperhatikan dia tersenyum. Lalu ibu
datang membawakan makanan.
“Hikari, kau
sudah sadar?” tanya ibu.
Aku menangguk
pelan.
“terima kasih
Shano sudah membawa Hikari pulang.”
“Sama-sama. aku
pergi dulu, bu. ada kerjaan di rumah,” Shano pamit pulang.
“iya. sekali
lagi terima kasih ya Shano. Sering-sering datang kesini.”
Shano tersenyum.
ibu mengantarnya sampai keluar rumah.
“Hati-hati...”
“Iya,” Shano
berjalan pulang dengan sedikit tenang.
Seminggu
kemudian aku sudah mulai agak sehat. Tetapi aku tidak bisa untuk menahan diri
untuk pergi ketempat itu lagi. Bagiku, pergi kesana sangat menyenangkan.
Walaupun harus membuatku mengingat Maru. Walaupun harus membuatku sedih. Aku
tetap ingin pergi kesana. Karena disanalah tempat aku menemukan kebahagiaan.
Disanalah tempat ketika Maru mengajarkan ku arti kehidupan. Terima kasih atas 3
tahun yang penuh kebahagiaan. Aku duduk di kursi. Menghirup udara segar.
Seketika hening, terdengar siulan merdu. Kulihat kekanan. Ternyata Shano. Dia
lalu dudukl disebelahku.
“Sudah sehat?”
“Iya. Apa
kabar?”
“Baik. Kenapa
kau selalu pergi kesini?”
Aku menundukan
kepala.
“Aku hanya ingin
mengingat masa lalu.”
Tiba-tiba Shano
berdiri.
“Kalau kau
selalu kesini, kau akan semakin terhanyut.”
Aku menangis
terisak dan sedikit berteriak.
“Kau tahu apa?”
“Aku tidak tahu.
Makanya aku ingin tahu. Asal kau tahu, orang yang mati tidak akan hidup lagi.
Untuk apa kau terpuruk? Untuk apa kau lari dari kenyaataan? Yang kau oerlukan
adalah bagaimana cara menghadapi kenyataan tersebut.”
Suara Shano
meninggi. Matanya menatapku. Aku terkejut. Aku tidak berani menatap matanya.
Aku semakin terisak.
“Dia pasti
menginginkanmu bahagia. Bukan seperti ini. Larut dalam kesedihan. Ketahuilah,
didunia ini masih banyak orang yang sayang padamu. Apa kau tidak sadar mereka
khawatir? Apa kau tidak pernah mengerti mereka? Mereka bersusah payah untuk
membuatmu bahagia. Pling tidak lihatlah sekelilingmu.”
Aku berpikir.
Memang benar apa kata Shano. Akulah yang bodoh. Selalu mementingkan diri
sendiri. Mungkin aku terlalu egois.
“Maafkan aku,”
aku membersihkan air mataku dan berdiri. Tanpa ada kata pamit, aku langsung
beranjak pulang. Aku ingin meminta maaf pada ibu. Aku ingin meminta maaf pada
semua orang.
Semenjak itu,
aku mulai dekat dengan Shano. Selalu pergi bersama. Hari-hariku mulai indah.
Ternyata benar, orang akan bahagia bila kita bahagia. Terima kasih Shano atas
semuanya. Terima kasih telah membuatku sadar.
Musim semi
mendatang, aku harus pergi ke paris untuk belajar di sana. Rasanya berat sekali
meninggalkan Shano. Meninggalkan keluarga. Meninggalkan semuanya. Tapi tiadak
apa, mereka semua selalu mendukungku, agar aku sukses. Mereka menyanyangiku.
Aku harus buat mereka bangga. aku harus membuat diriku menjadi berguna. Ketika
tiba dihari keberangkatanku, aku diantar keluargaku ke bandara. Shano juga
menyertai keluargaku. Dua jam kemudian, terdengar panggilan bahwa pesawat akan
segera di berangkatkan. Aku mengucapkan selamat tinggal. Aku bilang pada
mereka, keteika aku pulang nanti aku akan membawakan suatu kebanggan pada
mereka. Aku berjalan perlahan. Sayup-sayup suara mereka mulai menghilang.
Terima kasih semua membuat diri menjadi berarti.
LAGU
WALI-DOAKU UNTUKMU SAYANG
kau
mau apa, pasti kan ku beri
kau
minta apa, akan aku turuti
walau
harus aku terlelah dan letih
ini
demi kamu sayang
aku
tak akan berhenti
menemani
dan menyayangimu
hingga
matahari tak terbit lagi
bahkan
bila aku mati
ku
kan berdoa pada ilahi
tuk
satukan kami disurga nanti
taukah
kamu apa yang ku pinta
disetip
doa sepanjang hariku
tuhan
tolong aku tolong jaga dia
tuhan
aku sayang dia
aku
tak akan berhenti
menemani
dan menyayangimu
hingga
matahari tak terbit lagi
bahkan
bila aku mati
ku
kan berdoa pada ilahi
tuk
satukan kami disurga nanti
(tuhan
tolong aku juga jaga dia, tuhan akupun sayang dia)
aku
tak akan berhenti
menemani
dan menyayangimu
hingga
matahari tak terbit lagi
bahkan
bila aku mati
ku
kan berdoa pada ilahi
tuk
satukan kami disurga nanti
Referensi:
http://gen22.blogspot.com/2011/11/cerpen-romantis-ketika-hidup-menjadi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar