Selasa, 08 November 2011

Tulisan IBD 2


Puisi adalah tempat dimana kita mencurahkan tentang sebuah perasaan, perasaan rasa sayang, rasa sakit dan rasa cinta kita terhadap seseorang.

Penantian cinta
Bunga hati tak terpatri
Tak ada lagi yang kusesali
Bumi bisu tak berarti tak tau
Kelam terasa dalam...
Telah mengukir kenangan indah masa lalu
Melepas hati nan terasa pilu
Seakan sepi menanti yang ku rindu

Kala hati ini tak berarti
Senantiasa ku mencari
Menunggu yang selalu di nanti
Namun... segalanya tiada pasti

Merenungku dalam keheningan...
Ditengah kesendirian...
Terus... terhanyut dalam penantian
Ingin ku lepas semua dalam kasih sayang
Namun segala cinta yang di harapkan tak kunjung datang



(Cerpen)
Ketika Hidup Menjadi Berarti

semua yang di dunia ini bukanlah suatu yang abadi. Yang terpenting adalah menjadikan orang-orang bahagia bila kau di sisi mereka. Buatlah dirimu menjadi berharga.”
 
 





Namaku adalah hikari. Baru lulus SMA. Aku mempunyai masa lalu yang buruk. Aku di tinggal oleh orang yang kusayangi.
Pagi itu aku menghembuskan nafas. Beberapa detik tertahan, hanya untuk mengingat kata-kata yang pernah terlontar dari mulut Maru. Setahun berlalu sejak kematiannya, aku belum bisa memenuhi janjiku untuk tidak menagis lagi. Sosok Maru yang kini telah hilang, membuatku jatuh terperosok jauh ke dalam.
Mungkin mereka yang lain takkan pernah mengerti diriku. Sesaat mereka melupakan semuanya. Melupakan kematian Maru. Melupakan segala-galanya. Aku tidak pernah mengira saat itu adalah senyum terakhirnya. Aku sangat menyanyangi Maru.

Sekeliling begitu sepi. Aku sendirian. Aku begitu terpuruk. Hanya ada burung-burung yang berkicau. Aku duduk disebuah kursi yang di teduhi pohon sakura. Tempat ini meningatkan ku dengan Maru. Alunan angin menjatuhkan daun-daun bunga sakura. Seperti daun itu, jatuh. Aku menangis mengingat semuanya.
“kau kenapa? Kau selalu saja seperti itu. Menangis sendirian.”

Seseorang menghampiriku. Aku berangkat dan berjalan menjauh. Entah siapa dia. Tipa kali datang dan melihatku menangis. Kata-katanya selalu tidak sopan. Aku pulang kerumah dan langsung masuk kamar. Sesekali keluar hanya untuk kekamar mandi dan makan. Itulah kebiasaank sehari-hari. Aku tidk begitu memperdulikan ibuku yang begitu khawatir kepadaku. Tenanglah ibu!
Besok, aku ketempat itu lagi. Maru, apa kabarmu? Aku tidak ingin berpisah dari tempat ini. Tiba-tiba terdengar bunyi langkah kaki. Aku menoleh dan berrteriak sedikit kesal.

“kau! Kenapa selalu mengikutiku? Tidak sopan.”

Dia tersenyum. Tenang sekali. Aku sedikit heran.

“Aku tanya, kenapa selalu mengikutiku?”

“Ku lihat kau selalu sedih. Aku ingin menghiburmu.”

“Tidak ada hubungannya denganmu.”

“Kenapa? Tapi lebih baik lupakanlah orang itu.”

Aku terkaget-kaget. Dia tau darimana?

“Seharusnya kau bisa mengerti. Dia tidak akan bisa hidup lagi. Percuma kau tangisi, Cuma membuang air matamu yang bening itu saja.”

 Aku berlari sambil menangis. Entah apa maksudnya dia bicara seperti itu. Aku sakit sekali. Hatiku perih. Laki-laki itu menatap Hikari dengan senyum yang tulus. Beberapa saat kemudian keduanya pun menghilang. Selanjutnya, esok hari aku kembali lagi ketempat itu. Hanya untuk mencoba bertemu lagi dengan laki-laki kemarin. Tapi, setelah lama menunggu, laki-laki itu belum muncul juga. Yang ada hanya gugurnya daun sakura yang tertiup angin. Sejuk sekali!
Akhirnya aku pulang. Tapi aku kurang berhati-hati. Ada sebuah mobil melaju dengan kencang menuju aku. Disaat bersamaan muncul laki-laki kemarin. Dia berteriak.

“Aaaaaaa. .!”(telat)

Belum selesai dia berteriak awas, aku sudah tertabrak dulu. Tetapi untunglah mobil itu sempat mengerem. Mataku mulai berkunang-kunang dan aku merasa ada yang mengangkat dan membawa ku oergi dari tempat itu. Aku pingsan, tanpa mengetahui siapa orang itu.

Setengah jam kemudian aku terbangun dan aku sudah ada dirumahku sendiri.

“Ini minum. Kau tidak apa-apa?,” seseorang menyodorkan minuman.

“Kau? Kenapa kau bisa ada disini? Hmmb. . jangan-jangan. .-“

Belum selesai aku bicara, dia memotong.

“Ya..ya.. aku yang membawamu pulang. terkejut ya?”

“Tidak. aku tidak terkejut.”

“Lalu apa?”

“Cuma takut. wajahmu seram. hehe..”

“Bohong. bilang saja kalau kau terkejut.”

Aku mengangguk pelan. Hmmb.. aku belum tahu namanya. Aku pun bertanya.
“Namamu siapa?
“Aku shano. Kau hikari kan?”
“Darimana kau tahu namaku?”
“Aku sering memperhatikanmu.”
Shano tersenyum. Tersenyum tulus. Tapi aku tidak begitu memperhatikan dia tersenyum. Lalu ibu datang membawakan makanan.
“Hikari, kau sudah sadar?” tanya ibu.
Aku menangguk pelan.
“terima kasih Shano sudah membawa Hikari pulang.”
“Sama-sama. aku pergi dulu, bu. ada kerjaan di rumah,” Shano pamit pulang.
“iya. sekali lagi terima kasih ya Shano. Sering-sering datang kesini.”
Shano tersenyum. ibu mengantarnya sampai keluar rumah.
“Hati-hati...”
“Iya,” Shano berjalan pulang dengan sedikit tenang.
Seminggu kemudian aku sudah mulai agak sehat. Tetapi aku tidak bisa untuk menahan diri untuk pergi ketempat itu lagi. Bagiku, pergi kesana sangat menyenangkan. Walaupun harus membuatku mengingat Maru. Walaupun harus membuatku sedih. Aku tetap ingin pergi kesana. Karena disanalah tempat aku menemukan kebahagiaan. Disanalah tempat ketika Maru mengajarkan ku arti kehidupan. Terima kasih atas 3 tahun yang penuh kebahagiaan. Aku duduk di kursi. Menghirup udara segar. Seketika hening, terdengar siulan merdu. Kulihat kekanan. Ternyata Shano. Dia lalu dudukl disebelahku.
“Sudah sehat?”
“Iya. Apa kabar?”
“Baik. Kenapa kau selalu pergi kesini?”
Aku menundukan kepala.
“Aku hanya ingin mengingat masa lalu.”
Tiba-tiba Shano berdiri.
“Kalau kau selalu kesini, kau akan semakin terhanyut.”
Aku menangis terisak dan sedikit berteriak.
“Kau tahu apa?”
“Aku tidak tahu. Makanya aku ingin tahu. Asal kau tahu, orang yang mati tidak akan hidup lagi. Untuk apa kau terpuruk? Untuk apa kau lari dari kenyaataan? Yang kau oerlukan adalah bagaimana cara menghadapi kenyataan tersebut.”
Suara Shano meninggi. Matanya menatapku. Aku terkejut. Aku tidak berani menatap matanya. Aku semakin terisak.
“Dia pasti menginginkanmu bahagia. Bukan seperti ini. Larut dalam kesedihan. Ketahuilah, didunia ini masih banyak orang yang sayang padamu. Apa kau tidak sadar mereka khawatir? Apa kau tidak pernah mengerti mereka? Mereka bersusah payah untuk membuatmu bahagia. Pling tidak lihatlah sekelilingmu.”
Aku berpikir. Memang benar apa kata Shano. Akulah yang bodoh. Selalu mementingkan diri sendiri. Mungkin aku terlalu egois.
“Maafkan aku,” aku membersihkan air mataku dan berdiri. Tanpa ada kata pamit, aku langsung beranjak pulang. Aku ingin meminta maaf pada ibu. Aku ingin meminta maaf pada semua orang.
Semenjak itu, aku mulai dekat dengan Shano. Selalu pergi bersama. Hari-hariku mulai indah. Ternyata benar, orang akan bahagia bila kita bahagia. Terima kasih Shano atas semuanya. Terima kasih telah membuatku sadar.
Musim semi mendatang, aku harus pergi ke paris untuk belajar di sana. Rasanya berat sekali meninggalkan Shano. Meninggalkan keluarga. Meninggalkan semuanya. Tapi tiadak apa, mereka semua selalu mendukungku, agar aku sukses. Mereka menyanyangiku. Aku harus buat mereka bangga. aku harus membuat diriku menjadi berguna. Ketika tiba dihari keberangkatanku, aku diantar keluargaku ke bandara. Shano juga menyertai keluargaku. Dua jam kemudian, terdengar panggilan bahwa pesawat akan segera di berangkatkan. Aku mengucapkan selamat tinggal. Aku bilang pada mereka, keteika aku pulang nanti aku akan membawakan suatu kebanggan pada mereka. Aku berjalan perlahan. Sayup-sayup suara mereka mulai menghilang. Terima kasih semua membuat diri menjadi berarti.



LAGU

WALI-DOAKU UNTUKMU SAYANG
kau mau apa, pasti kan ku beri
kau minta apa, akan aku turuti
walau harus aku terlelah dan letih
ini demi kamu sayang

aku tak akan berhenti
menemani dan menyayangimu
hingga matahari tak terbit lagi
bahkan bila aku mati
ku kan berdoa pada ilahi
tuk satukan kami disurga nanti

taukah kamu apa yang ku pinta
disetip doa sepanjang hariku
tuhan tolong aku tolong jaga dia
tuhan aku sayang dia

aku tak akan berhenti
menemani dan menyayangimu
hingga matahari tak terbit lagi
bahkan bila aku mati
ku kan berdoa pada ilahi
tuk satukan kami disurga nanti

(tuhan tolong aku juga jaga dia, tuhan akupun sayang dia)

aku tak akan berhenti
menemani dan menyayangimu
hingga matahari tak terbit lagi
bahkan bila aku mati
ku kan berdoa pada ilahi
tuk satukan kami disurga nanti



Referensi:
http://gen22.blogspot.com/2011/11/cerpen-romantis-ketika-hidup-menjadi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar